Selamat pagi, engkau yang semalam bertamu sebagai mimpi. Terima kasih telah hadir meski fana. Hari ini tepat satu dasawarsa rasa itu menolak sirna. Bagaimana bisa aku menghapus setitik senyumanmu di dalam sanubari? Sekian dasawarsa pula waktu merengkuh langkah kita beriringan. Segala cerita perihal bahagia, luka, saling sama dirasa. Patah hati sekian kali jua kulalui setiap kau bercerita perihal rasamu kepadanya yang begitu biru. Kamu berjuang. Aku berjuang. Kita berjuang, tapi tak memperjuangkan sesuatu yang sama. Kamu dengan cintamu kepadanya, sedang aku berjuang dengan egoku untuk terus bertahan mencintai dalam kesendirian.