Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

Puisi - Yang Digenggam, Yang Hilang

lagi, nestapa gulana di lorong sakit aroma kimiawi dan pilu mengancam mati gadis kecil tak tau arah kesana kemari mulutnya komat kamit menyebut mantra sambil digenggamnya tiang dunia merapalkan harapan tidak kehilangan tuhan, kehendak-Nya adalah terbaik ditinggalkan pun rupanya yang terbaik mulutnya jadi terbungkam sebab saksikan kehilangan aroma kimiawi terakhir sebelum semua berakhir Madiun, 17 Mei 2024

Pembelajaran 1: Kendalikan yang Dapat Dikendalikan

 "Kendalikan apa yang bisa dikendalikan. Abaikan apa yang di luar kendalimu." Mungkin itulah kalimat yang cocok untuk menjejali isi pikiran saya saat ini. Sebab, hidup selama hampir 23 tahun sadar tak sadar membuat saya selalu ingin menyenangkan semua orang, tanpa terkecuali. Ketika segala hal terjadi di luar keinginan saya, rasanya seperti mengecewakan banyak orang yang mungkin menaruh 'harap' pada saya. Contoh kecilnya, saya jadi teringat semasa sekolah menengah akhir. Saya duduk di kelas akselerasi. Ya, percepatan. Normalnya, SMA dihabiskan selama 3 tahun, tapi saya hanya membutuhkan waktu 2 tahun untuk lulus. Sudah pasti siswa-siswi akselerasi bukanlah kaleng-kaleng. Mereka adalah pilihan. Saat itu, saya sedang belajar dengan sungguh-sungguh untuk menghadapi ujian akhir madrasah, kita sebut UAMBN. Ini merupakan ujian akhir madrasah yang menguji mata pelajaran agama islam, seperti Fiqih, Akidah Akhlak, Qur'an Hadits, hingga Bahasa Arab. Kalau tidak salah, saat

Duduk di Kedai Kopi

Kira-kira sebodoh apakah aku? Setiap langkah kaki menuju jalanan kota, harapku selalu bertemu dirimu dengan keadaan yang tiba-tiba. Minimal, aku bisa melihat sosokmu terkini. Walaupun aku sudah hafal betul senyumanmu, tapi aku tak pernah bosan melihatnya, lagi dan lagi. Namun, apalah daya. Di antara ratusan ribu manusia yang menjelajahi kota, aku selalu berharap ada kamu salah satunya. Seperti yang ku lakukan sekarang, menyendiri dengan tujuan menenangkan isi kepala dari berbagai cengkrama. Nyatanya, isi kepalaku semakin bising meski aku sudah duduk mojok di jendela kedai kopi kesukaanku.  Jumat, 12 April 2024

Merefleksikan Pertemuan

 "Aku tau bagaimana ada di posisimu, pasti memerlukan waktu yang cukup lama untuk benar-benar lupa," Ujar salah seorang temanku. Tak dipungkiri, menyingkirkan perasaan cinta memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Tapi, izinkan aku untuk terus berusaha. Hingga kemudian Tuhan berkata, "Kulapangkan dadamu, Kujadikan ikhlas hatimu." Walaupun tidak tahu kapan itu akan terjadi. Pertemuan malam ini, ketika kita rekan satu kelas kembali bercengkrama. Membahas kondisi terkini, atau sejenak memelihara memori empat tahun silam.  Topik obrolan kita tak jauh perihal masa lalu. Aku kembali memanggil memori itu, lagi. Tak terkecuali tentangmu. Tiga bulan, kesibukan tak lantas melepaskanmu dari ingatan. Aku tidak tahu jenis kenangan seperti apa yang lantas membuatku tak kunjung melupakanmu. Kita hanya bercengkrama melalui pesan singkat, saling mencuri pandang saat bertemu, berkabar melalui telepon. Kita tak pernah saling memeluk, ataupun menggenggam tangan. Kita tak benar-b

Mencoba Bercerita #2

Hampir saja saya terlupa menulis kembali di hari kedua ini. Padahal baru hari kedua, tapi sudah mau tumbang saja, hahaha. Kalau ditanya apakah hari-hari saya full produktif? Mungkin saya hanya bisa menjawab dengan tertawa. Menjadi serius terus menerus agaknya cukup melelahkan. Maka dari itu, saya mencoba sedikit lebih rileks untuk menghadapi apapun termasuk obrolan mulai awal tahun ini. Setelah pulang dari rumah tetangga tadi sore, saya dan kedua orang tua mengobrol ringan di ruang tamu. Yang satu sembari menikmati biskuit r*ma kelapa dan minum teh, yang satu rebahan di lantai musabab cuaca Madiun tengah panas sekali. Sedangkan saya duduk di kursi sembari menaikkan satu kaki dan membawa botol minum berisi air putih. Obrolan kami memang tidak pernah direncanakan, selalu mengalir begitu saja. “Bagaimana sal? Sudah berhenti mengajar?” Tanya ibu. Saya hanya mengangguk. “Sepertinya murid-murid saya takut sama saya, bu.” Saya melanjutkan. “Loh, kenapa bisa?” Ibu saya kembali bertanya. “S

Mencoba Bercerita #1

Ketika saya memutusan untuk mencoba kembali menulis, ada rasa ragu menyelinap disana. “Bagaimana jika saya tidak konsisten? Bagaimana jika hanya semangat di awal saja?” Tapi, segala kekhawatiran itu saya tepis dengan kalimat “mulai saja dulu”. Saya akan memulai #30haribercerita dengan cerita tidak penting yang baru saya alami kemarin. Malam tahun baru identik dengan perayaan, bersenang-senang. Tapi, bukan itu poin yang ingin saya sampaikan. Bagi saya, malam tahun baru adalah waktu yang tepat untuk mencari makanan/minuman diskon dan berburu promo. Beberapa brand menawarkan potongan harga yang sangat menggiurkan otak-otak konsumtif saya, ah-saya ralat, saya tidak sekonsumtif itu. Sebut saja brand kopi J, dan brand kopi P. Saya yang merupakan anak super mager ini ingin mencari minuman kopi yang bisa langsung saya minum tanpa pergi ke store-nya. Dan brand yang tersedia untuk delivery order di daerah saya yaitu brand P. Lumayan, cukup merogoh kocek sebesar 25 ribu rupiah saya sudah mend