Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

DEAR, ALLAH

Dear, Allah Kutanya pada angin, mengapa seberisik ini? Kutanya pada hujan, mengapa sederas ini? Kutanya pada matahari, mengapa seterik ini? Kutanya pada luka, mengapa kau tak nampak namun sesakit ini? Dan, kutanya pada Engkau, mengapa hujan berkali-kali jatuh pada pipiku? Hidup, ingin kukatakan bahwa sudah membosankan rasanya. Dunia dengan kerlap-kerlipnya begitu memanjakan setiap pasang mata. Namun, aku terlalu jenuh dengan semua itu. Terlihat indah, namun sia-sia. Rasanya, tempatku mengeluh pun beranjak pergi karena memilih kilau dunia. Dia tak berpihak lagi padaku. Rasanya, ingin berteriak memanggil sepi, karena hanya dia yang mampu menemaniku sekarang. Kebisingan, menjadi musuh. Kebahagiaan, tak lagi berteman. Tergantikan dengan rasa sakit serta luka yang semakin membumi. Dear, Allah Kuatkan hatiku yang rapuh Siramilah air ketenangan untuk gelisahnya hatiku Gantilah air mataku ini dengan segenap bahagia nanti Kuatkan aku

Jatuh, Bangkit Lagi! Gagal, Coba Lagi!

Sore ini sangat menyejukkan indera perasaku Perihal asa, yang menguar bersama rintik hujan Membawanya bersama air, jatuh bebas di antara kepingan memori yang berserakan Pernahkah kau merasakan titik terendah dalam hidupmu? Dimana kau tak lagi memiliki daya dan upaya dalam meraih impian. Dimana kau tak lagi ada gairah kembali menata hidup. Dimana kau merasa menjadi seseorang tak berguna lagi. Yang kau ngin hanya, "MATI" Aku, pernah merasakan hal itu. Beban-beban berat selama beberapa lama, begitu menggunung di pundakku. Kutahan selagi mampu. Kupikul kemanapun aku melangkah. Pada beberapa waktu, aku terlena oleh masa. Membuatku terkadang lupa dengan apa itu rasa berat, karena saking terbiasanya oleh beban. Hingga lupa kapan dan bagaimana rasanya beban itu. Hingga tiba masanya, Keadaan membuatku kembali merasakan beban yang menggunung itu. Beban seorang pelajar Tak lain tak bukan adalah belajar Menjadi siswa yang dibanggakan sepertinya menyenangkan, bukan? Men

Sebuah Sajak

Tuan di Penghujung Senja Karya: Salamah Firdausi Senja di kota tua Menawar surya di penghujung sua Adalah aku, Menamainya jumpa, kemudian lupa Tuan indah pesona, sirna jua Karena masa, singkat temu, menggores rindu Siapa dirimu? Mengapa begitu memikat diawal tatap Bahkan lekuk bayangmu kian menetap Enggan beranjak, tuan Bila masa berkehendak temu, Semoga kutahu jenamamu Nanti Maret, 2019