Hampir saja saya terlupa menulis kembali di hari kedua ini. Padahal baru hari kedua, tapi sudah mau tumbang saja, hahaha. Kalau ditanya apakah hari-hari saya full produktif? Mungkin saya hanya bisa menjawab dengan tertawa. Menjadi serius terus menerus agaknya cukup melelahkan. Maka dari itu, saya mencoba sedikit lebih rileks untuk menghadapi apapun termasuk obrolan mulai awal tahun ini.
Setelah pulang dari rumah tetangga tadi sore, saya dan kedua orang tua mengobrol ringan di ruang tamu. Yang satu sembari menikmati biskuit r*ma kelapa dan minum teh, yang satu rebahan di lantai musabab cuaca Madiun tengah panas sekali. Sedangkan saya duduk di kursi sembari menaikkan satu kaki dan membawa botol minum berisi air putih. Obrolan kami memang tidak pernah direncanakan, selalu mengalir begitu saja.
“Bagaimana sal? Sudah berhenti mengajar?” Tanya ibu. Saya hanya mengangguk. “Sepertinya murid-murid saya takut sama saya, bu.” Saya melanjutkan. “Loh, kenapa bisa?” Ibu saya kembali bertanya. “Saya galak kalau jadi guru. Sudah dua kali memberi hukuman push up kepada mereka.” Jawab saya sembari terkekeh. Ayah hanya menjadi pendengar setia obrolan kami. Ibu menjawab dengan tawa.
Tiba-tiba muncul topik obrolan tentang pernikahan. “Saya kemarin lihat postingan nikahan kakak tingkat yang tema nikahannya simple.” Saya mengawali. “Dia hanya akad nikah di KUA, tanpa make up menor, hanya memakai baju casual yang digunakan sehari-hari.” Lanjut saya. “Oh ya? Kamu mau nikah begitu?” Respon ibu saya dengan tanya. “Boleh, kalo diperbolehkan, hehehe,” Jawab saya, kemudian meneguk air putih. “Kemarin saya juga lihat ada nikahan yang menu makanannya tidak ribet dan mengenang masa kecil. Mereka membawa gerobak siomay berikut dengan abang yang menjual. Selain siomay ada juga cimol, es dawet, nasi goreng, dan apa lagi ya.. saya lupa,” Saya melanjutkan. “Oh, boleh. Ayah juga kepikiran kalo kamu nikah nanti menu makanannya seperti itu.” Ayah menyahut. “Ijab qobulnya di masjid mana?” Ibu bertanya kembali.
Sungguh obrolan kami lebih panjang dari apa yang saya ceritakan. Tapi sebelum saya menceritakan lebih panjang, mungkin harus saya hentikan saat ini juga. Karena topik obrolan kami sudah sangat halu. Membicarakan pernikahan, padahal calonnya saja belum ada. Hadeh…
Komentar
Posting Komentar