Tersadar sepenuhnya, bahwa pertemuan merupakan hal paling dinanti bagi siapapun yang telah lama terpisah oleh jarak. Tapi, bagaimana ceritanya tatkala pertemuan terjadi, setelah hati ikut pula berhenti tertaut?
Saat perpisahan kala itu, tiada sepatah kata keluar dari mulut engkau. Bahkan tatap mata saja tidak. Lalu, empat tahun jarak membentang di antara rongga rindu yang menggebu. Engkau sibuk dengan dunia yang baru, aku sibuk dengan duniaku.
Empat tahun, engkau sibuk menerka rasa sesal di ulu hati yang semakin ngilu. Aku tertawa dengan pencapaian untuk membalas egoku yang pernah tersakiti olehmu. Engkau sibuk menyimpan rasa rindu yang sudah membiru. Aku membakar rasa rindu yang sudah memburu. Engkau menghabiskan waktu berkelakar dengan amarah sebab rasa bersalah. Aku tersenyum sumringah sebab air mata menetespun sudah lelah.
Kemudian, sebuah pertemuan kembali membuat hati kita berdarah. Sebab, sakit yang dirasakan masih saja sama. Rupanya, usahaku membunuh rindu adalah kesia-siaan semata. Bola matamu tetap menghangatkan rongga hati yang lama membeku. Genggam tanganmu menguatkan langkah untuk terus maju.
Engkau mengucap rindu untuk pertama kalinya, setelah empat tahun. Aku menepis rindu, pergi buru-buru. Khawatir hatiku kembali beradu rayu dengan hatimu. Engkau menarikku kembali seolah-olah enggan kehilanganku kedua kali. Aku tetap pergi dengan trauma sakit kembali.
Aku tidak tahu apakah pertemuan ini kembali menjadi terakhir kali. Sebab sebagian otakku menolak lupa bagaimana caramu meninggalkanku dulu. Namun sebagian yang lain ingin kembali memilikimu. Aku benci egoku yang tak tau malu.
21/05/2023
Komentar
Posting Komentar