Langsung ke konten utama

Mencoba Bercerita #1

Ketika saya memutusan untuk mencoba kembali menulis, ada rasa ragu menyelinap disana. “Bagaimana jika saya tidak konsisten? Bagaimana jika hanya semangat di awal saja?” Tapi, segala kekhawatiran itu saya tepis dengan kalimat “mulai saja dulu”.

Saya akan memulai #30haribercerita dengan cerita tidak penting yang baru saya alami kemarin. Malam tahun baru identik dengan perayaan, bersenang-senang. Tapi, bukan itu poin yang ingin saya sampaikan. Bagi saya, malam tahun baru adalah waktu yang tepat untuk mencari makanan/minuman diskon dan berburu promo. Beberapa brand menawarkan potongan harga yang sangat menggiurkan otak-otak konsumtif saya, ah-saya ralat, saya tidak sekonsumtif itu. Sebut saja brand kopi J, dan brand kopi P. Saya yang merupakan anak super mager ini ingin mencari minuman kopi yang bisa langsung saya minum tanpa pergi ke store-nya. Dan brand yang tersedia untuk delivery order di daerah saya yaitu brand P.

Lumayan, cukup merogoh kocek sebesar 25 ribu rupiah saya sudah mendapatkan caramel macchiato dan segelas ice matcha. Selama satu jam saya menunggu, akhirnya pesanan saya datang diantar oleh abang ojol andalan, si hijau. “Terima kasih, pak,” ujar saya sembari mengecek kantong plastik berisi minuman kopi. Sedikit terkejut, jumlah kopi dalam plastik tersebut ada 4, padahal saya pesan 2. “Kok ini ada 4 ya pak? Saya hanya pesan 2, tapi struknya sudah sesuai.” Saya memastikan kembali. “Tidak tau, mbak. Saya hanya pick up tadi.” Jawab bapak ojol.

Saya memutuskan membawa minuman itu ke dalam dan mencari nomor whatsapp brand kopi P tempat saya beli. Tidak lama waktu berselang, contact person brand P menjawab chat saya. Katanya, memang sedang overload dan pesanan saya diantar dengan jumlah kelebihan. Ia mengatakan bahwa minuman tersebut tidak perlu dikembalikan karena kesalahan dari pihak mereka. Satu sisi merasa tidak enak karena pasti mbak-mas barista harus nombok gara-gara pesanan saya. Tapi saya juga diuntungkan dengan mendapatkan lebih dari yang saya pesan, hehehe.

Beberapa hikmah yang bisa saya ambil dari kejadian ini. Pertama, lebih teliti dalam melakukan pekerjaan. Saya sering ceroboh apabila bertindak. Pengalaman orang lain bisa saya jadikan pelajaran untuk diri sendiri. Kedua, jangan memanfaatkan momen kesalahan orang lain untuk kesenangan pribadi. Minimal konfirmasi dulu. Apalagi minuman, bisa jadi tidak halal kalau yang bersangkutan tidak ridho, dan juga minum yang bukan haknya.

Lalu apakah 4 gelas minuman tersebut saya minum semua? Tentu tidak. Kebetulan saya punya penyakit lambung yang entah kapan berdamai dengan diri saya. Maka dari itu, saya bagikan saja minumannya ke orang lain, wkwk. Lah, trus ngapain beli? Saya juga tidak tahu.

 1 Januari 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melepas, Tak Menghempas

Tersadar sepenuhnya, bahwa pertemuan merupakan hal paling dinanti bagi siapapun yang telah lama terpisah oleh jarak. Tapi, bagaimana ceritanya tatkala pertemuan terjadi, setelah hati ikut pula berhenti tertaut?  Saat perpisahan kala itu, tiada sepatah kata keluar dari mulut engkau. Bahkan tatap mata saja tidak. Lalu, empat tahun jarak membentang di antara rongga rindu yang menggebu. Engkau sibuk dengan dunia yang baru, aku sibuk dengan duniaku.  Empat tahun, engkau sibuk menerka rasa sesal di ulu hati yang semakin ngilu. Aku tertawa dengan pencapaian untuk membalas egoku yang pernah tersakiti olehmu. Engkau sibuk menyimpan rasa rindu yang sudah membiru. Aku membakar rasa rindu yang sudah memburu. Engkau menghabiskan waktu berkelakar dengan amarah sebab rasa bersalah. Aku tersenyum sumringah sebab air mata menetespun sudah lelah. Kemudian, sebuah pertemuan kembali membuat hati kita berdarah. Sebab, sakit yang dirasakan masih saja sama. Rupanya, usahaku membunuh rindu adalah kesia-siaan

Ego

Menjadi anak satu-satunya seringkali dipandang sangat menyenangkan. Menjadi satu-satunya yang dicinta, yang diberi limpahan kasih sayang, hingga upaya terbaik dari orang tua. Sebab, ialah satu-satunya yang bisa menjadi harapan.  Sejenak, begitu menyenangkan menjadi anak satu-satunya. Tapi tahukah, bahwa tak selamanya indah menjadi satu-satunya. Sebab, pundak terasa lebih berat. Harapan orang tua, keluarga, hanya bertumpu padanya. Tatkala memiliki masalah, tiada yang dapat diajaknya sekadar berbicara ataupun bertukar cerita. Tak jarang air mata disimpan sendiri, sebab tiada orang yang bisa ia ajak berbagi. Anak semata wayang. Tak kukatakan semua memiliki kesamaan watak, tapi aku hanya ingin berbagi bagaimana karakter si 'anak pertama' versiku.  Sejak kecil, ketika ayah pergi dan pulang membawa makanan, aku-lah satu-satunya yang dengan antusias diberi. Akulah satu-satunya yang menerima. Tiada rebutan antar adik kakak, pun adegan memotong kue lumpur satu bagi tiga atau lima. Mana

Manis

Sudah berapa air mata mengagungkan sabda? Meraung setiap rumit ditelan pahit. Sebab, segala ingin hanya berlalu angin. Sebab, perihal harap hanya berujung ratap. Usai menulis mimpi, nyatanya tak sesuai ekspektasi. Padahal, rasa pahit tak mesti sakit. Tatkala engkau menelan obat, rasa pahit menyeruak. Padahal, ia adalah salah satu rasa menuju pulih. Biarkan pahit itu sampai di tenggorokan, dan bekerja menyembuhkan apa yang kau keluhkan. Pun tak semua manis adalah baik. Tatkala engkau candu akan manisnya minuman kemasan, kau teguk berliter dalam semalam. Maka, selamat datang berbagai penyakit yang akan menghadirkan pahit di akhir. Pun setiap jalan kehidupan. Manis berlebih juga tak selamanya berujung apik. Sesekali merasakan pahit agar segala luka kembali pulih.